Kamis, 13 Juli 2017

Tips Persiapan Fisik dan Mental sebelum Berhaji

        Menjelang keberangkatan  Haji , banyak yang harus dipersiapkan bagi calon jemaah, terutama persiapan kesehatan fisik maupun jiwa.Terlebih lagi, mayoritas calon jemaah haji Indonesia berusia di atas 60 tahun, sedangkan ibadah haji, menurut dr Ayesha Devina SpKJ dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia, merupakan ibadah fisik, jiwa, dan spiritual.

"Tidak jarang ini (ibadah haji) menimbulkan stres bagi sebagian jemaah haji. Oleh karena itu, untuk menjalaninya dibutuhkan kesediaan, keikhlasan lahir dan batin," katanya, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, stres adalah respons seseorang terhadap situasi yang dianggap sebagai ancaman atau tantangan dalam hidupnya. Gejala yang muncul meliputi gangguan fisik, antara lain denyut jantung meningkat, tangan berkeringat, sakit kepala, sesak napas, mual, mudah lelah, dan sulit tidur. Kemudian, ujarnya, muncul gangguan kognitif berupa sulit konsentrasi, mudah lupa, gangguan alam perasaan seperti mudah emosi, cemas, dan depresi.

Ayesha menyebutkan, pemicu stres pada calon jemaah haji muncul saat sebelum berangkat dan saat beribadah. Umumnya sebelum berangkat, calon jemaah haji sudah stres karena waktu tunggu keberangkatan yang lama, biaya haji relatif mahal, dan harus siap berpisah dengan keluarga. "Bahkan, proses pembelajaran ritual ibadah haji juga sering menimbulkan stres," terangnya.

Ketika menjalani ibadah, tambahnya, banyak jemaah yang stres karena umumnya mereka belum pernah bepergian ke luar negeri, belum pernah naik pesawat, sehingga saat berada di negara lain harus beradaptasi dengan orang asing, waktu, dan tempat baru. Selain itu, ibadah juga melelahkan fisik sehingga jemaah cepat stres.

Untuk mencegahnya, tutur Ayesha, harus mengacu pada definisi sehat jiwa. "Sesuai dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO), sehat dan bahagia bisa terwujud dengan meluruskan niat, tawakal/ikhlas, menjaga aktivitas fisik dan mental dengan menjaga asupan makanan bergizi, juga memprioritaskan pada ibadah wajib dan sunah," katanya.

Selain itu, jemaah harus mengembangkan sikap positif dengan empati, tidak emosional, dan tidak banyak terpengaruh faktor dari luar diri. "Terpenting lagi, saat akan berangkat dan saat beribadah di Tanah Suci, jemaah harus bisa menerima orang lain apa adanya, serta mampu menghadapi tantangan sesuai kemampuan diri," harap Ayesha.

Menurutnya, relaksasi, hipnoterapi, dan ventilasi dianjurkan agar pikiran para jemaah bisa tenang dan rileks. Namun, tidak dimungkiri banyak juga ditemukan jemaah dari Indonesia yang stres berat saat di Tanah Suci. "Tanda-tandanya bisa dikenali apabila jemaah pasien (jemaah) tidak mampu membedakan kenyataan dan fantasi. Suka bicara sendiri, senyum-senyum sendiri, halusinasi, berniat menyakiti diri sendiri dan lingkungan," ujarnya.

Bahkan, tidak jarang jemaah mulai menunjukkan sikap berubah dari awalnya terbuka dan periang menjadi penyendiri, senang mengamuk, dan tingkah lakunya kacau. "Kalau sudah seperti itu pasien membutuhkan obat dan perawatan lebih lanjut di rumah sakit," kata Ayesha.

Ia berharap tidak ada jemaah haji yang mengalami gangguan stres hingga tahap berat. "Semua serahkan pada Allah SWT."Selain itu yang perlu di perhatikan adalah :

A. Gelang haji

Sementara itu, dr Nirwan Satria SpA, juga dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia, meminta kepada setiap jemaah untuk selalu menjaga gelang identitas yang diberikan petugas haji kepada mereka agar tidak sampai hilang. Oleh karena itu, pastikan gelang selalu dipakai dan jangan pernah dilepas.

"Sebab di gelang itu tertulis nama, nomor paspor, asal kloter, dan nomor kloter. Gelang itu sangat berguna ketika calon jemaah haji tersesat atau hilang dari rombongan," kata Nirwan.

Gelang akan dibagikan petugas kepada calon jemaah saat tiba di embarkasi. Di embarkasi, kesehatan calon jemaah juga akan diperiksa petugas kesehatan haji, pembagian paspor, dan pembagian uang untuk biaya hidup selama di Tanah Suci.

Para jemaah, kata Nirwan, juga akan mendapatkan tas kecil yang harus selalu dibawa untuk menyimpan paspor dan buku kesehatan jemaah. "Itu juga jangan hilang. Jadi, jemaah haji punya kewajiban untuk menjaga dokumen-dokumen itu agar tidak hilang," harapnya

 Sumber : Media Indonesia    •    Rabu, 12 Jul 2017 13:24 WIB
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FOGGING DILAKUKAN SESUAI KETENTUAN