Jumat, 28 April 2017

Mengenal Herd Immunity dalam Imunisasi



Jakarta, 25 April 2017
Dalam imunisasi dikenal istilah herd immunity atau kekebalan kelompok (komunitas). Herd immunitymerupakan situasi dimana sebagian besar masyarakat terlindungi/kebal terhadap penyakit tertentu sehingga menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect) yaitu turut terlindunginya kelompok masyarakat yang bukan merupakan sasaran imunisasi dari penyakit yang bersangkutan. Jadi, apabila kelompok yang rentan seperti bayi dan balita terlindungi melalui imunisasi, maka penularan penyakit di masyarakat pun akan terkendali sehingga kelompok usia yang lebih dewasa pun ikut terlindungi karena transmisi penyakit yang rendah. Kondisi tersebut hanya dapat tercapai dengan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata.
“Kekebalan kelompok tidak mungkin terjadi bila cakupan imunisasi sangat rendah”, tutur Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, dr. H. M. Subuh, MPPM, pada Temu Media mengenai Pekan Imunisasi Sedunia 2017 yang bertema “Imunisasi Bisa! Jadikan Anak Indonesia Sehat dan Bahagia” di Gedung Adhyatma Kantor Kemenkes RI, Jakarta Selatan, Selasa siang (25/4).
Dalam pertemuan tersebut, dr. Subuh menyatakan bahwa secara nasional, berdasarkan evaluasi program imunisasi tahun 2015-2016 cakupan imunisasi sudah mencapai bahkan melebihi dari target yang ditetapkan. Namun, permasalahannya masih terjadi disparitas cakupan imunisasi di beberapa daerah di Indonesia.
Padahal, berdasarkan konsep kekebalan kelompok, apabila muncul kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di daerah kantong dengan cakupan imunisasi rendah, maka penyebaran penyakit akan cepat sekali. Anak-anak yang tidak diimunisasi berisiko menjadi kasus dan juga menjadi sumber penularan bagi anak-anak lainnya.
Senada dengan hal tersebut, Sekretaris Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim B Yanuarso Sp. A(K), menyatakan bahwa kekebalan komunitas terjadi jika cakupan imunisasi > 80%. Sementara itu, bila cakupan imunisasi < 60%, maka peluang terjadinya kejadian luar biasa (KLB) munculnya PD3I menjadi besar.
“Kalau anak yang divaksinasi banyak, cakupan imunisasi tinggi, maka anak-anak yang tidak divaksinasi akan tetap terlindungi. Ini yang dinamakan herd immunity atau disebut juga kekebalan komunitas”, imbuhnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021)5223002, dan alamat email kontak@kemkes.go.id
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
NIP.196110201988031013

Penyuluhan Narkoba dan Remaja (PKPR) di SMU 1 Muara Wis Tahun 2017

Potone Wulan Chris.


Potone Wulan Chris.

Potone Wulan Chris.

Potone Wulan Chris.

Potone Wulan Chris.

Potone Wulan Chris.

Pelatihan kader Desa Sehat Mandiri di desa Melintang bersama


Potone Abdul Rahim Wahab.

Potone Abdul Rahim Wahab.

SAUS TOMAT DAN SAMBAL BERBAHAYA BAHANNYA BUKAN TOMAT DAN BUKAN CABE

Potone Ryan Thamrin.


Potone Ryan Thamrin.

Potone Ryan Thamrin.

SAUS TOMAT DAN SAMBAL BERBAHAYA
BAHANNYA BUKAN TOMAT DAN BUKAN CABE
Anda penggemar saus tomat dan sambal ketika membeli bakso, mie, atau makanan lain? Hati - hati karena kedua saus itu dapat menimbulkan kerusakan ginjal, hati, dan pemicu kanker. Saus tersebut ternyata bahan bakunya tidak menggunakan tomat dan cabe. Saus tersebut harganya murah dan banyak digunakan oleh penjual bakso, mie, nasi goreng dan segala macam makanan lainnya.
TOMAT DAN CABE BUSUK
Tim Sigi di Semarang berhasil mengungkap proses pembuatan saus tomat dan sambal yang bahan bakunya tomat dan cabe busuk. Para penjual tomat dan cabe tidak membuang dagangannya akan tetapi dijual ke pembuat saus dengan harga murah. Jadi bahan baku yang diperlukan mudah diperoleh di pasar. Selain cabe dan tomat busuk, bahan baku lainnya adalah pepaya dan bawang yang juga busuk. Pembuat saus juga menambahkan bahan kimia berbahaya, misalnya pewarna tembok atau pewarna tekstil, bahan pengawet.
Selain bahannya tidak layak makan, proses pembuatannya juga tidak higienes. Rumahnya kotor. Lingkungannya kotor. Cabe atau tomat tidak diblender melainkan dijinjak-injak. Bahan-bahan itu dimasukkan tong/drum, lalu dipanasi. Akhirnya dimasukkan plastik atau wadah untuk disetor ke pasar atau penjual.
SAUS TOMAT DAN SAMBAL TANPA TOMAT DAN CABE
Di Bandung, pabrik saus berhasil digerebeg petugas. Pabrik ini melayani saus tomat untuk wilayah Bandung dan Jawa Barat. Walau tercantum kandungan bahan pembuat di labelnya, isinya ternyata tidak sesuai. Tidak ada tomat dan cabe beneran di dalamnya.
Berikut bahan-bahannya:
Sambal dan saus ini bahannya dari ampas tapioka (onggok) 27 kilogram, ekstrak bawang putih 3-4 kilogram, ekstrak cabai leoserin capsikum 0,5 ons, saksrin 50 gram, garam 4 kilogram, cuka 200 gram, pewarna sunset 1 ons, perwarna jenis poncau satu sendok, potasium fospat 50 gram, dan bibit cairan tomat 0,5 ons. Jadi saus dan sambal ini, tidak memakai cabai atau tomat sama sekali. Tetapi memakai esens rasa tomat dan cairan kimia ekstrak cabai.
Cara pembuatan saus dan sambal tersebut yakni dengan mencampur semua bahan dalam satu drum kemudian dilaruti air panas sebanyak 30 liter. Kemudian diaduk. Setelah jadi, saus atau sambal tersebut kemudian dikemas dalam bungkus plastik yang sudah diberikan label dan cap serta ada tulisan bahan komposisi. Dalam kemasan yang digunakan, memperlihatkan adanya bahan saus dari cabai dan sambal tomat. Namun, kenyataannya, bahan dasar cabai dan tomat itu tidak ada sama sekali. komposisi itu tidak sesuai dengan kenyataannya.
Saus dan sambal itu dipasarkan ke pasar-pasar tradisional di Kota Bandung dan di seluruh Jawa Barat. Pabrik ini sudah beroperasi selama 14 tahun. Dalam sehari, pabrik rumahan tersebut bisa membuat sambal dan saus palsu hingga 200 ton dengan keuntungan mencapai Rp 100 juta per harinya atau p 3 milyar dalam sebulan. Bayangkan.

Mengerikan bukan? Nah melalui status ini saya berharap agar kita lebih menyayangi generasi kita. Jangan sampai kita mewarisi penyakit kepada anak cucu kita. Saus, sambal, sebaiknya membuat sendiri atau membeli dari pabrik yang resmi. Berikut foto penggerebegan di Bandung di Januari 2017 ( sumber : dr Ryan Thamrin ,26 April 2017,)

Minggu, 02 April 2017

Website Puskesmas Muara Wis

Selamat datang di website kami, Puskesmas Muara Wis. Puskesmas Muara Wis merupakan Puskesmas yang terletak di Jalan Poros Muara Wis - Sebamban  RT 3 No 60 Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Puskesmas Muara Wis memiliki 7 Desa wilayah kerja, yaitu:
  1. Lebak Cilong
  2. Lebak Mantan
  3. Muara Wis
  4. Sebembam
  5. Melintang
  6. Enggelam
  7. Muara Enggelam
 Foto Puskesmas Muara Wis

FOGGING DILAKUKAN SESUAI KETENTUAN